Ternyata benar, cinta itu ambigu. Aku semakin takut menerka definisi demi definisi yang tercipta. Terlalu menyakitkan. Bahkan hanya untuk menyapamu pun sungguh menyakitkan. Ternyata cinta lebih bodoh dibanding tupai. Ia tak bisa mengambil pelajaran dan selalu terjatuh di tempat yang sama berulang kali. Tapi bagaimanapun aku tetap mencintaimu. Entah itu cinta atau sekedar perasaan yang berlebih kepadamu. Haruskah aku menyiksa setiap waktuku hanya dengan menuangkan setetes demi setetes airmata yang bagimu hanyalah hal yang sia-sia? aku menuangkan setiap perasaanku melalui kata yang hanya bisa kubaca sendiri. tak perlu kubagi untukmu dan mereka.
Rasa sakit dan kecewa yang selalu kualami ternyata tak pernah berakhir. kau bahkan tak pernah peduli sedikitpun. aku bukan pengecut yang lari dari semua rasa sakit. aku mencoba menikmati setiap kekecewaan yang kau berikan. hingga hatiku memiliki kekebalan atas semua rasa kecewa itu. aku menikmati setiap detik yang membuatku mengerti sebuah pelajaran hidup dari setiap tetes airmata dan rasa perih akibat luka yang kau toreh. aku mencoba bertahan dan membentuk sebuah pertahanan sendiri atas segala rasa sakit dan kekecewaan hingga airmata tak akan mengambil alih dalam penguasaan diriku. dan akhirnya, rasa sakit dan kecewa itu melahirkan sebuah pertahanan atas virus yang tak akan pernah lagi kujangkit atasmu, Virus Cinta!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar